“bagi kami perempuan, satu kenangan kecil nan manis, dapat membuat
sejarah seumur hidup yang indah unuk disimpan, dikenang, dinanti dan terpendam”
Aku senang sekali berada di Centro
Coffee,café milik mas Yusa ini
tempatnya hommy dan selalu bisa membuatku
tenang meski sebelum aku datang membawa perasaan kacau dan galau sekalipun. Aku
juga mempunyai tempat favorite saat berada di café ini, tempat duduk yang berdekatan dengan pintu masuk dan
jendela kaca tembus pandang ke jalanan luar yang membuatku betah berlama-lama
di tempat ini. Terlebih jika hujan sedang turun, aku seperti berada di suatu
tempat lain yang jauh tapi tidak asing bagiku.
Hari ini aku kembali mendatangi Centro
Coffee untuk yang ke-dua kalinya, setelah siang tadi aku sempat menunggu Dito
tapi ia tak kunjung datang, sampai aku menghabiskan 2 cangkir vanilla latte favoritku. Dito adalah
sahabat masa kecilku yang baru saja kembali ke Indonesia 2hari lalu, dan hari
ini dia berjanji akan menemuiku disini. Berawal dari kebersamaan kami saat di
bangku Sekolah Dasar, persahabatan kami berlanjut hingga kami dewasa, dan harus
terpisahkan benua saat Dito mengikuti ayahnya yang seorang Diploma pindah untuk
bertugas di Paris. Hampir 10tahun kami tidak pernah berjumpa, harusnya hari ini
kami bisa berjumpa kembali. Jangan ditanya bagaimana rasa rinduku, semua ingin
aku uraikan dengan kata-kata tapi entah harus kumulai darimana. Ingin aku
bernyanyi karna senang akan bertemu sahabat kecilku yang juga telah mencuri
hati kecilku.
“masih nunggu orang lagi Ran?” Tanya mas Yusa membuyarkan lamunanku
“eeh..iya mas, tapi kayaknya mau hujan deh, enggak tahu deh jadi datang
atau enggak…” kataku sambil menaap langit yang mulai menghitam.
Hari itulah pertama kali aku bertemu dan mengenal DIto Abimanyu, teman
satu kelasku yang tidak terlalu menonjol. Bocah kecil pendiam, tapi mempunyai
dunia yang menyenagkan dan membawa hari-hariku penuh warna. Keakraban kami
semakin bertambah seiring umur bertambah pula, dan ketika memasuki bangku SMA
aku mulai merasakan kedekatan yang berbeda. Meski kami sama-sama mempunyai
pacar saat itu, entah apa yang membuat Dito selalu ada untukku disaat aku
membutuhkan, buhkan kekasihku. Samar kurasakan dalam hatiku bahwa memang aku
mencintai laki-laki yang selalu menemani setiap malam mingguku selama
bertahun-tahun, laki-laki yang mau mengantarku ke PUSKESMAS dan membelikan aku
pembalut saat nyeri haidku datang, laki-laki yang rela menemaniku begadang
untuk mengerjakan soal-soal matematika, laki-laki yang selalu memberikan aku hadiah
special di hari ulang tahunku, laki-laki yang rela berkelahi melindungiku dari
gangguan mantanku yang posesif, dan laki-laki yang selalu mengucapkan selamat
pagi di pagi hari ku membuka mata, dan selamat malam disaat aku akan terlelap
dalam mimpi.
Tak kusangka selama ini sebenarnya yang kucari, kusayang, dan kucinta
ada di depan mataku. Rasa itupun semakin kusadari penuh saat Dito akan pergi
meninggalkan Negara ini, hati dan bibirku masih tak kuasa berucap dan
mengatakan bahwa aku mencintainya, aku akan menunggunya disini. Hari itu
kepergiannya adalah hadiah paling menyedikan yang pernah ia beri selama ini di
ulang tahun ke 17 tahhunku. Meski semua tak pernah kuucap, tapi aku beranikan
berjanji pada diriku meski kami berbeda benua, akan tetap kunanti Dito-ku yang
selama ini selalu menjagaku. Meskipun jarak memisahkan, hubungan kami masih
tetap berlanjut meskipun terbatas, sampai akhirnya 10tahun penantianku akan
dibayarnya hari ini. Hari ulang tahunku ke 27 tahun, Dito berjanji bukan hanya
dia yang kuminta menjadi kado special, tapi dia akan memberikan aku kado
special juga.
Jam tanganku menunjukan pukul 2 siang, masih belum nampak bayangan Dito
datang. Mendung semakin menyelimuti bumi dan hatiku. Rasanya aku tak sabar,
ingin menuntaskan semua teka-teki Dito, aku benci menunggu Dito tahu itu.
Apakah sengaja ia membuatku menunggu, hadiah kejutan apa yang ia beri? Aku cukup
bertemu dengannya saja sudah melegakan penantianku, dan aku ingin mengucapkan
kerinduan dan cinta yang terpendam selama ini. Lemon tea keduaku baru saja
diantarkan bersamaan seorang pria yang aku yakini adalah Dito-ku masuk dan
menyapu pandangannya kesegala arah, sampai pandangannya berhenti menatapku,
memicingkan matanya dan senyum terurai dari bibir tipisnya. Senyumku merekah
seperti mawar yang sedang bermekaran, rasanya lega melihat pria yang sudah lama
kurindu ada dihadapanku, Dito tak jauh berbeda dengan 10 tahun yang lalu,
lesung pipinya masih menghiasi pipinya saat ia tersenyum, kumis dan jambang
tipis membuatnya terlihat maskulin. Caranya menatapku juga masih sama seperti
10 tahun yang lalu.
Aku hampir tak bisa berkata-kata lagi saat kami berpelukan, pelukan
hangat yang sudah lama kunantikan, dalam peluknya aku masih tak percaya bahwa
ini Dito Abimanyu yang kunantikan selama 10 tahun ini, laki-laki yang kucintai
diam-diam.
“aku kangen kamu Ran…” itu kata-kata Dito saat memelukku erat
“jangan pergi lagi yah Dit..” kataku penuh harap
Satu jam kami duduk berhadapan, tak banyak kata, kami hanya saling
memandang, memuji, seakan tak habis-habisnya rasa rindu ini tercurahkan.
Genggaman tangannya terasa hangat sampai kerelung hatiku, dan hujan
rintik-rintik mulai membasahi bumi. Tapi kebersamaan kami hari ini berkahir
saat tiba-tiba Dito mulai terbatuk-batuk dan mengeluarkan darah yang banyak
hingga pingsan, dan air mataku tak hentinya menangis. Ketakutan, resah,
gelisah, cemas, sedih, marah, semuanya bercampur menjadi satu setelah ibunya
memberitahukanku bahwa selama 10 tahun ini Dito telah berjuang melawan kanker
paru-parunya. Dan ia melarikan diri dari rumah sakit tempatnya dirawat untuk
menepati janjinya padaku, dokter yang merawatanya sudah tidak lagi berharap
panjang. Hanya air mata dan raungan tak percaya memanggil namanya saat dokter sekali
saja menggelengkan kepalanya mengisyaratkan kepergian Dito untuk
selama-lamanya.
“saat air mata dan hujan jatuh bersamaan, menyamarkan rindu dan cinta
yang tak terucap,mengantarmu kembali padaNYA…”